Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2017

muhasabah

Gambar
"Berapa juz hafalanmu sekarang?" Sebuah pertanyaan klasik yang sering dilontarkan orang2 terhadap penghafal Qur'an.  Sebenarnya ada beberapa fakta yang terkadang sulit untuk disampaikan dan mungkin akan sangat panjang untuk diceritakan para penghafal Quran. Sesungguhnya mereka sangat berterima kasih atas "pertanyaan klasikmu" tentang itu. Karena itu ibarat sebuah "tamparan" buat mereka untuk memeriksa kembali hafalan mereka.  Namun taukah, fakta lain selain itu?  Iyaa.. Mereka sulit untuk menjawab pertanyaan itu, dan sangaat sangaaaat sulit untuk menemukan jawabannya.  Mengapa?  Karena setelah sekian lama waktu mereka habiskan untuk menghafal, mereka memahami jika menghafal Quran adalah bukan tentang "berapa juz hafalanmu" namun tentang "kabar hafalanmu setiap harinya" Tidak ada istilah bahwa seseorang telah selesai menghafalkan seluruh AlQurannya, sebelum kehidupannya di dunia pun selesai.  Karena m...

lagi lagi, Senja.

Hari ini, senja tak semenarik biasanya─atau aku? yang memang tak pantas melihat indahnya senja. namun konon, kata orang; senja itu, membawa rindu. apa karna aku terlalu rindu─sehingga senja pun luput─tak seelok biasanya. entah, yang jelas aku rindu. kepada siapa atau apa// aku pun tak paham. Kenapa, senja?

sakit loh

jangan salah, bahkan orang yang membanggakanmu. dia boleh jadi sedang merendahkanmu. orang yang terkagum padamu. memujimu. jangan kau ambil hati; mereka hanya berpura2 manis, seakan orang paling peduli, padahal dibelakang itu suka menjelekkan. bukan maksud negatif. tapi itulah kenyataan. aku, dalam posisi dipuji tanda kutip. , padahal menghina. dipandang sebelah mata, siapasih. umur 17 tahun. lulus sma gak kuliah. gapunya masa depan. itu maksud mereka, hanya dipermanis dengan kata lain. kalian tau, pasti.  dunia ini tak sepolos itu. banyak makna tersirat dalam sebuah perkataan. aku, kamu. kita pasti pernah dalam keadaan yang "menghina". sengaja ataupun tidak. pasti一merasa lebih baik.  padahal siapa kita? hanya tanah. yang ditakdirkan disini. tak lebih.  sombong? iniーuntuk beliau, yang memandangku dengan mata tertutup. seolah aku ini gelap, bukan apa apa. tak apa, aku bukan apa dan siapa. aku hanyalah tanah; pun kamu. kita sama. tapi terim...

Ummi

sebanyak apapun kata dicampurkan disini, tak akan cukup untuk mendefinisikan kata itu sendiri. rasa terima kasih bertriliyun kali pun masih kurang.