renungkanlah !
Di kehidupan yang selalu kau sebut keras
cobalah ambil waktumu sejenak setelah lelah beraktivitas.
Merenunglah untuk dirimu yang sebenarnya tak kuat ditempa rutinitas.
baringkan saja semua isi kepala di kamarmu yang mungkin tidak terlalu luas, atau sambil menatap langit di depan teras.
Di manapun, berdiamlah dengan tenang untuk memahami dirimu jauh lebih dalam.
Aku sering melakukan itu.
Karena akhirnya aku tahu bahwa waktu yang tepat untuk melihat diri kita sendiri adalah saat kita berteman sepi.
Membayangkan semua hal dalam hidup ini yang pernah kubenci, pernah aku sesali bahkan sampai aku susah memaafkannya berulang kali.
Masalah-masalah yang silih berganti,
yang kerap dan nyaris membuatku menyerah menghadapi.
Kegagalan yang ku alami,
Kehilangan yang menyakitkan hati,
Luka yang harus kembali kudapati,
atau merasa semua yang kulakukan tak lagi berguna dan berarti.
Lalu satu persatu mulai menyatu di dalam kepalaku,
kadang terasa ingin meledak sewaktu-waktu
kadang juga kubiarkan ia hinggap dan dengan sendirinya berlalu.
Saat seperti itu, aku ingin berbicara banyak pada diriku.
bertanya-tanya mengapa dalam hidup ini semua ujian
dan hal-hal pahit datang di saat baru saja aku mencapai titik kebahagiaan.
Sampai sampai, aku tak percaya
dan sulit mengatasi semuanya.
Lemah kah aku ini?
Bodohkah kah aku ini?
Apa mungkin ya memang akulah yang jauh dariNya ketika aku lupa atas syukurnya.
Aku telah banyak mengambil pelajaran dari setiap peristiwa yang kudapatkan.
Kesabaran yang diajarkan oleh orang-orang terdekatku pernah hampir kusepelekan.
sebab ketika itu aku jalani, justru semakin membuatku berhadapan dengan hal yang lebih berat lagi.
Aku yang terkadang masih tidak konsisten,
Aku yang masih saja salah dalam tindakan dan bingung di segala konsekuen,
Aku yang bodoh karena tidak hati-hati dan telaten.
Aku yang terlalu mempercayakan semuanya terburu buru,
Aku yang melebihkan egoku dibanding logika berpikirku.
Ya. Semua itu kurenungkan tiap malam.
Saat air mataku hampir tumpah ketika terpejam,
Tarikan nafasku mulai berat mengeluarkan lebam
pada rongga tubuhku yang serasa tertikam.
Setelah semuanya kulepaskan perlahan
dan menatap sekali lagi langit tanpa bintang maupun bulan,
aku mulai mendapatkan bahwa semua ini hanyalah kerikil di perjalanan.
Akulah pengemudinya yang mengendalikan.
Akulah satu satunya pemilik tujuanku beserta doa-doaku dan harapan-harapan.
Bahwa sebenarnya aku hanya perlu menikmati prosesnya.
Aku butuh keras dalam keputusanku tentang hal apa yang saja yang memang harus kuambil dan kupilih.
Aku juga harus memulai menanamkan tegasku sendiri tanpa dalih.
Karena memang itulah cara agar aku pulih setelah menerima dan memaafkan tanpa harus di balas pamrih.
Kini, aku punya banyak waktu bersama diriku dan semua mimpi-mimpiku.
Aku bahagia dengan prosesku yang penuh lika liku.
Aku kuat menjalani hari hariku dengan tanggung jawabku.
Dan aku akan selalu merasa bahagia tanpa perlu menunggu.
Sebab akulah yang membentuk itu dengan caraku dari hasilku.
Untuk kau yang masih saja merasa tak memiliki arah kemudi hidupmu,
mulailah ambil satu langkahmu di pijakan baru.
Tataplah semua hal yang lalu, sebagai bagian yang pernah membentukmu menjadi seperti sekarang ini.
Hargai itu dan berproseslah lebih baik lagi.
Kau akan temukan di kemerdekaanmu
kau menjadi orang yang tak berhenti bersyukur berkat semua pilihanmu sendiri.
Serta kau telah menjadi manusia yang memaknai kehidupan,
sebagai tempat untuk membentuk dan menemukan dirimu yang selama ini tersembunyi dibalik keegoisan.
—pengedardiksi
Komentar
Posting Komentar